
Pembakaran bendera
Bintang Kejora dan bendera KNPB itu dilakukan, sebagai penolakan terhadap
segala bentuk pemberontakan di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Sebelum munculnya
bendera Bintang Kejora dan bendera KNPB, pada tahun 1988 telah hadir atau muncul juga sebuah
organisasi yang disebut dengan Organisasi Melanesia Barat dengan benderanya.
Pada akhir-akhir ini
muncul lagi sebuah bendera dengan empat silanya serta mata uangnya dari sebuah
organisasi yang dinamakan OSEA.
Sejak perjuangan
papua dimulai hingga kini terdapat sudah empat bendera dengan nama organisasi
yang berbeda hingga berujung pada pembantain sesama orang papua gara mencari
kedudukan dan kekayaan pribadi.
Nama Papua dan
masyarakat Papua menjadi korban akibat perang dingin yang dilakukan oleh
kelompok KNPB dengan kelompok OPM, kelompok Melanesia barat dengan kelompok OSEA
dan sebaliknya.
Arah perjuangan Papua
untuk merdeka telah buntut ketika diplomat muda Indonesia Nara Masista
Rakhmatia menghajar Presiden Nauru dan Presiden Kepulauan Marshall serta juga
empat Perdana Menteri dalam Sidang Majelis Umum PBB. Empat Perdana Menteri itu
adalah PM Vanuatu, Kepulauan Solomon, Tuvalu dan Tonga.
Rakayat Papua pada
umumnya menolak segala bentuk perlawanan kepada NKRI, dengan berkedok atas nama
demokrasi. Sebab, Papua sudah final menjadi bagian yang tak terpisahkan dari
NKRI (Negara Kesatuan republik Indonesia).
Pemberontakan bukan
lagi menjadi keinginan masyarakat Papua. Yang rakyat Papua butuhkan saat ini,
adalah pembangunan dan pemerintah pusat sudah memberikan pembangunan itu
melalui Otonomi Khusus (Otsus).
Saat ini waktunya
membangun, agar Papua keluar dari ketertinggalan. Keberadaan Organisasi OPM, KNPB, OSEA, MELANESIA BARAT maupun organisasi lainnya adalah illegal dan bukan atas nama masyarakat Papua.
"Kami masyarakat
Papua hanya ingin membangun, keberadaan
Papua bagian dari Indonesia sudah jelas dan tak bisa ditawar-tawar lagi “Kata
Ramses Ohe yang juga tokoh dan pelaku sejarah di papua”.
Komentar
Posting Komentar